Holiday
season... Saatnya pulang ke kampung halaman. Selain
melepas rindu dengan sanak saudara, moment ini berarti kami akan melakukan
perjalanan. Menyambangi surga-surga tersembunyi di daerah.
Alangkah beruntungnya aku memiliki tanah kelahiran Klaten. Kabupaten yang diapit dua kota tujuan wisata, Yogyakarta dan Solo. Kota yang seakan tiada habisnya akan kekayaan wisatanya baik alam, budaya maupun atraksi buatan manusia.
Hari itu, kami ingin mencari tempat wisata yang dekat dari rumah. Rencananya kami ingin mengejar sunset di Candi Ijo. Namun, berhubung waktu semakin sore atas rekomendasi dari bapak pemilik warung di pinggir jalan, kami singgah di Candi Barong.
Candi Barong ini padahal lokasinya tak terlalu jauh dari Candi Prambanan, tapi sebagai penduduk lokal aku malah baru mengetahuinya termasuk mendengar namanya. *kemana aja ya :D
Candi
Perlambang Kesuburan
Candi Hindu ini menghadap ke arah terbenamnya
matahari. Diperkirakan dibangun antara abad 8 dan 9 dengan nama awalnya Candi
Suragedug. Pemandangannya ladang dan bukit yang tandus. Pemukiman penduduk pun
jarang di sini. Waktu kami menyusuri jalanan rasanya kami malah mau masuk ke
hutan yang didominasi tanaman jati yang meranggas. Lahan jati kerap
diidentikkan dengan tanah yang berbatu sehingga kurang cocok untuk pertanian.
Konon, kondisi geografis ini yang mendasari
pembangunan candi. Sebuah candi yang digunakan untuk pemujaan memohon
kesuburan pada Dewa Wishnu dan Dewi Laksmi. Keduanya merupakan pasangan, Dewa
Wishnu merupakan pemelihara dan Dewi Sri adalah simbol kesuburan itu sendiri. Karenanya,
Candi Barong merupakan perlambang kesuburan. Terkait nama Barong diambil dari
arca barong atau kala yang ada di sekeliling candi. Barong dipercaya perwujudan
singa atau beruang. Bakhruang/baruang dalam Bahasa Kawi yang merupakan simbol
kebaikan atau kemenangan.
Fakta: Bernama awal Candi Suragedug, tapi karena banyak hiasan barong disekeliling candi membuat lebih tenar dengan Candi Barong.
Kalau aku tafsirkan sederhana, kondisi tanah yang
sulit ditanami, gersang, berbatu, dan sulit air sebagai ciri kawasan karst menyebabkan masyarakat hidup
susah. Untuk mengatasi kehidupan tersebut penduduk membangun candi untuk
memohon kepada Yang Kuasa agar dikarunia tanah yang subur. Kesuburan tanah
membuat masyarakat bisa merasakan hasil panen dan hidup sejahtera yang berarti
kemenangan. Agar kesuburan dan kemenangan senantiasa terjaga maka mereka
memohon kepada sang dewa pemelihara. Tentu saja antropolog lebih mengetahui
detailnya.
Bertandang ke sini artinya kita belajar sejarah budaya
dengan bersentuhan langsung. Kadang belajar sejarah budaya melalui buku bersifat
monoton dan membosankan. Ke situs aslinya semua lebih nyantol dan have fun.
Kalau kita happy bukankah lebih
banyak yang bisa kita serap? Apalagi anak-anak. Di masa golden age atau balita, kaadang sebagian orang tua beranggapan ngapain mengajak mereka ke tempat
“aneh-aneh” toh mereka belum mengerti.
Eitsss... jangan salah ya, justru di umur inilah mereka mulai mengeksplorasi
alam di sekitar yang mereka lihat. Makanya, aku pun tak segan mengajak mereka
ke manapun. Karena setiap tempat baik alam, situs, buatan, event merupakan sarana pembelajaran bagi anak. Apalagi tantangan
era saat ini lebih “wow” kan, kita sebagai orang tua juga harus dituntut
“lebih”.
Sunset Instgramable
Ini bonusnya.
Kompleks candi di Bukit Batur Agung tidak terlalu
luas. Untuk sampai ke candi utama harus berjalan kaki terlebih dahulu melewati
taman dan pelataran lalu naik tangga. Dan lihatlah mentari yang akan ke
peraduan itu. Cantik sekali bukan. "Seperti di film-film!" kataku
pada suami yang mengabadikan lewat bidikannya.
Terlalu susah mendeskripsikannya dengan kata-kata. Saking indahnya, mata terpaku, geming menyaksikan surya perlahan meninggalkan pohon jati yang disinarinya. Cahaya keemasan pun mulai menimpa bangunan candi yang reruntuhannya ditemukan tahun 1913 oleh orang Belanda. Nun kejauhan di sisi utara, Merapi pun tak kalah gagahnya. Pesona yang tiada tara.
Terlalu susah mendeskripsikannya dengan kata-kata. Saking indahnya, mata terpaku, geming menyaksikan surya perlahan meninggalkan pohon jati yang disinarinya. Cahaya keemasan pun mulai menimpa bangunan candi yang reruntuhannya ditemukan tahun 1913 oleh orang Belanda. Nun kejauhan di sisi utara, Merapi pun tak kalah gagahnya. Pesona yang tiada tara.
Sunset atau sunrise menjadi fenomena alam yang mungkin paling dicari traveler atau pemburu fotografi. Bintang terdekat dengan bumi ini selalu menarik. Walau malam berganti pagi dan siang berganti malam setiap hari, tapi matahari selalu mempunyai sisi berbeda di mana ia dipandang.
Dari puncak-puncak gunung kita rela menembus dinginnya pagi-pagi buta untuk sunrise tercantik. Di tepi-tepi pantai, diiringi deburan ombak kita menanti matahari tenggelam di batas cakrawala. Tentunya dengan faktor keberuntungan juga sebab kadang cuaca tak bersahabat atau awan yang menghalangi sang primadona fotografer.
Kalau tidak ada waktu ke Parangtritis, Candi Barong yang terletak di atas salah satu bukit pegunungan kidul ini bisa menjadi alternatif pecinta sunset.
Kompleks ini masih relatif sepi pengunjung, mungkin karena letaknya yang di atas bukit. Tersembunyi atau mblusuk menembus pepohonan jati di kiri kanan jalan. Tanpa penunjuk arah mungkin tak akan ada yang mengira terdapat candi di lokasi seperti ini.
Tak jauh dari lokasi ini terdapat reruntuhan candi yang katanya akan segera dibangun. Oh iya, dari sini kita bisa melihat tebing breksi yang sedang tenar dengan sunset-nya itu juga lho.
Tips: Berkunjung menjelang senja (bagian akhir perjalanan setelah mengunjungi destinasi lain). Kalau siang hari sebaiknya bawa topi atau payung untuk melindungi dari sengatan matahari. Lebih baik bawa air minum atau cemilan/bekal, warung jauh.
Mau
Ke sini?
Tertarik ke sini, jalannya sudah beraspal. Baiknya
memakai kendaraan pribadi. Bawa bekal asyik juga karena terdapat beberapa
pendopo untuk kita beristirahat. HTM-nya sangat terjangkau hanya 2.000 rupiah saja.
Kalau dari arah Solo belok kiri di gapura perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinggal ikuti saja jalan tersebut sampai menanjak bukit. Setelah sampai di Abhyagiri kurang lebih satu kilometer di sebelah kanan jalan merupakan lokasi Candi Barong. Tepatnya di Dukuh Candisari, Sambirejo, Prambanan, Sleman Yogyakarta.
Kalau dari arah Solo belok kiri di gapura perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinggal ikuti saja jalan tersebut sampai menanjak bukit. Setelah sampai di Abhyagiri kurang lebih satu kilometer di sebelah kanan jalan merupakan lokasi Candi Barong. Tepatnya di Dukuh Candisari, Sambirejo, Prambanan, Sleman Yogyakarta.
Yuk, abadikan sunset versi kamu dan bagikan kisah perjalanan kamu juga ya J
*Foto-foto dokumen pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar